Saya heran melihat fenomena generasi muda sekarang. Saya tak begitu risau dengan gaya busana laki-lakinya. Tapi saya sangat prihatin dengan cara berpakaiannya remaja putrinya. Semakin hari semakin berusaha mengksploitir lekuk aurat tubuhnya. Astaghfirullah.
Saya lebih prihatin lagi ketika menjumpainya di daerah sangat terpencil ini. Di satu sisi pendidikan sangat tertinggal namun di sisi lain arus informasi televisi (melalui parabola) yang begitu cepat telah menimbulkan efek yang tidak sehat. Bayangkan setiap hari dijejali nilai-nilai yang tidak mendidik baik dalam sikap, gaya hidup termasuk cara berpakaian idola-idolanya. Mereka remaja-remaja yang lugu yang belum memiliki sens of filter terhadap nilai-nilai yang mempengaruhinya. Walhasil fenomena-fenomena itu bisa dilihat di daerah yang sangt terpencil ini. Bibir menor dengan pakaian minim ekstra ketat telah menjadi pemandangan yang biasa (padahal bagi saya luar biasa!)
Mungkin para remaja itu mengira, dengan cara berpakaian seperti itu ia akan merasa lebih cantik dan mempesona. Memang iya, kalau hal tersebut dilakukan pada ‘tempat dan waktu’ tersendiri. Saya tidak akan membahasnya di sini. Namun ketika tubuhnya dipertontonkan kepada khalayak ramai, apakah remaja-remaja itu mendapatkan manfaat dari perbuatannya itu?
Coba kita berfikir jernih! Karena saya seorang dokter maka saya mencoba menguaknya dari segi keilmuan saya. Pakaian yang ketat dan atau terbuka akan berpengaruh pada keseimbangan suhu tubuh kita. Proses radiasi, konveksi dan evaporasi tubuh akan terganggu. Akibatnya kondisi tubuh kita akan merasa ketidaknyamanan. Di lingkungan yang suhunya relatif tinggi kita kepanasan. Sedang di tempat yang suhunya lebih rendah kita kedinginan. Aktivitas menjadi tidak lancar dan kurang optimal. Itulah fisiologinya.
Belum lagi akibat paparan sinar matahari langsung yang mengandung sinar ultraviolet. Kadar yang ringan memang tidak menjadi masalah, tetapi dengan frekuensi paparan yang berlebihan apalagi kadar UV yang tinggi akibat ozon yang menipis bisa menjadi factor predisposisi kelainan pada kulit. Ada dermatitis solaris, hipercromatis karena banyaknya melanin yang terangsang, sampai yang paling mengerikan adalah kanker kulit.
Pakaian yang ketat bisa menyebabkan kelembaban yang tinggi di permukaan kulit, apalgi di daerah yang tropis. Kelembaban yang tinggi ini bsa menjadi faktor pemicu tumbuhya jamur kulit. Ada panu (Pytiriasis versicolor), kadas (Tinea corporis), keputihan (Candidiasis) dan aneka jenis jamur lainnya. Jadi tidak sehat kan? Nyaman juga tidak!
Ini baru ditinjau dari segi fisiologi dan penyakit kulit. Lebih jauh lagi kalau kita bedah melalui ilmu jiwa/psikiatri, maka kita kan menemukan fakta yang mencengangkan!
Kenapa tidak? Karena orang-orang yang suka mempertontonkan auratnya di depan khalayak ramai untuk mencari kepuasan dirinya (dianggap cantik dan sensual) adalah orang-orang yang mengidap kelainan jiwa exhibionisme. Kelainan jiwa inilah yang menuntut wanita-wanita tersebut untuk berusaha selalu mengeksploitir auratnya. Mulanya mungkin mereka sadar kalau mengumbar aurat itu tidak pantas, tetapi karena pengaruh lingkungan dan kebiasaan akan menjadikannya mengendap di alam bawah sadarnya. Sehingga ia akan merasa benar terhadap tindakannya. Tidak cantik kalau tidak buka aurat. Inilah perilaku exhibionisme masa kini!
Perilaku inilah yang akan berdampak luas di masyarakat. Kita bisa saksikan angka kejahatan yang tinggi dari perkosaan, pelecehan seksual, narkoba adalah efek dari exhibionisme ini. Kasus perceraian rumah tangga, maraknya bisnis prostitusi, ‘dewasa dini’ pada anak-anak kecil adalah bagian dari mata rantai akibat sakit jiwa tersebut. Memprihatinkan memang!
Makanya saya sangat prihatin dengan cara berpakaian wanita jaman sekarang. Ingin terlihat cantik dengan cara yang keliru. Berdalih kebebasan dan hak asasi manusia (apa bedanya dengan hak asasi hewani yang bebas tidak memakai busana?), lalu mengeksploitasi diri lepas aurat dan sensualitas. Menjadi barang tontonan dan sama sekali tidak patut menjadi tuntunan. Sebab wanita-wanita itu pada hakikatnya adalah pengidap panu, kurap dan sakit jiwanya. Kasihan nian, ingin cantik justru megidap penyakit. Na’udzubillahi min dzalik.
Saya sedang tidak memprovokasi, memanas-manasi dan memancing ikan di air keruh. Ataupun menghalang-halangi orang dalam menuntut kebebasan dan hak asasinya. Tidak! Bukan itu maksud saya. Saya hanya ingin mendudukkan persoalan ini pada tempat dan proporsinya. Sehingga tidak menjadi biang bagi kerusakan diri dan sosial yang lebih luas lalu bersama-sama mencari solusi cerdasnya.
Alhamdulillah saya tak perlu repot-repot untuk mencari solusinya, sebab solusi itu sudah ditunjukkan lebih dari 14 abad yang lalu. Al qur’an telah memberi tuntunan terbaik dalam adab berpakaian. Bukan pakaian gamis arabnya, namun pakaian apapun jenisnya yang mampu melindungi diri dari sakit baik jasad dan rohani, pribadi juga sosial.
“Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,…(QS. An Nur 21)
Itulah mode pakaian gaya al Qur’an. Sebuah pakaian yang tidak sekedar menutup tubuh, namun pakaian yang bisa menghindarkan diri dari penyakit badan dan penyakit hati. Subhanallah. Bersih badan, suci hati dan pikiran. Menjadi pakaian yang akan mempercantik pemakainya. Cantik alami yang syar’i.
Inilah pakaian ketakwaan! Lebih lanjut Al Qur’an menerangkan :
“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang terbaik,…” (QS. Al A’rof 26).
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid dan makan minumlah tapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan!” (QS. Al A’rof 31).
Demikianlah beberapa nasihat indah dalam Al Qur’an kepada kita tentang adab/tata cara berpakaian. Sungguh luar biasa! Solusi yang tepat bagi para exhibionist. Artinya : kita memang dituntut untuk tampil cantik tetapi bukan sekedar ‘cantik’ saja! Dengan pakaian takwa, kita bisa lebih cantik, sehat dan berpahala. Inner beauty yang sejati! Tidak seperti mode pakaian ‘udel bolong’ yang panuan, kurap dan sakit jiwanya,…..
(Kesui, 3 Juli 2006)
Leave a comment